Filmini diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau Hamka, yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Film yang bergenre Drama Romantic ini menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Film ini antara lain dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza
ReviewFilm: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Haloo pembaca yang arif&budiman.. Gimana kabar kalian? Kali ini saya mau mengulas film yang baru saja saya tonton kemarin. Sebuah film yang diadaptasi dari Novel Buya Hamka. Sebuah film yang akan memorable, menyajikan cerita yang kompleks, apik, bermakna dan mengesankan.
Themovie is based on Hamka's novel, Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939), and it was released at theaters on 19 December 2013. The film takes the theme of love and culturalr conflict in 1930s. Social function: To critique artworks (films, novels, songs, TV shows or movies) for a public audience. The story begins when Zainuddin (Herjunot
Kekuranganpada film ini adalah tidak logisnya cerita film dengan judul film yaitu diadegan film lebih menceritakan perjalanan cinta Hayati dan Zainuddin dibanding tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan juga sebab dari kapal van der wijck tenggelam tidak dijelaskan sama sekali.
TRIBUNPADANGCOM - Link nonton dan download Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Nonton dan download Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck melalui aplikasi Netflix.. Film ini merupakan adaptasi dari Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. Baca juga: Jadwal Tayang The Sacred Riana 2: Bloody Mary Film Horor Indonesia yang Bakal Tayang Akhir Juli 2022
Overall Tenggelamnya Kapaz l Van summation der Wijck is an excellent Indonesian film.The movie portrays the scenic panorama of Minang Land. The sweet original soundtrack from Nidji, such as "Nelangsa" and "Terusir", make the film unforgettable. This is a worthwhile film to see. Recommendation to see the film Appraisal for the film
OrRR5dn. Cast & crewUser reviews2013TV-142h 44mAdapted from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true ... Read allAdapted from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true love to a tragedy on sailing Van Der Wijck from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true love to a tragedy on sailing Van Der Wijck production, box office & company infoMore like thisReview This is MasterpieceThis story tell the difference between culture and religions knowledge, does the culture always be a priority? This story is to tell how Adat Minangkabau is conducted within the ethnic. Minang is the fraction of the Malay ethnic besides Jawa and else. Zainuddin sentences for Hayati is Masterpiece. It should be full rated because of the sentences 6, 2020Contribute to this pageSuggest an edit or add missing contentBy what name was The Sinking of Van Der Wijck 2013 officially released in Canada in English?AnswerEdit pageMore to exploreRecently viewedYou have no recently viewed pages
Directed by Sunil Soraya Produced by Sunil Soraya, Ram Soraya Written by Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro, Riheam Junianti, Sunil Soraya screenplay, Buya Hamka novel, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Starring Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy Nidji, Gesya Shandy, Arzetti Bilbina, Kevin Andrean, Jajang C Noer, Niniek L. Karim, Femmy Prety, Dewi Agustin, Rangga Djoned, Fanny Bauty Music by Stevesmith Music Production Cinematography by Yudi Datau Editing by Sastha Sunu Studio Soraya Intercine Films Running time 163 minutes Country Indonesia Language Indonesian Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck is one of Indonesian movie released in 2013 on the theme of love and cultural conflict in 1930’s. The story begins when a young man of Minang descent who lives and grows in Makassar, Zainuddin Herjunot Ali go to Batipuh, Tanah Datar, West Sumatra, in order to know the birthplace of his father and deepen his religious knowledge. Zainuddin’s arrival was not well received by the villagers because of the history of the Zainuddin’s descendant─whose father comes from Minang marry his mother who comes from Bugis. At that time, the structure of Minang people manages the ancestry from maternal lineage. However, Zainuddin strengthens his heart to remain in Batipuh, especially when he met a beautiful girl named Hayati Pevita Pearce. After that, they fall in love and Zainuddin’s descendant was again being the obstacle of their romance. Zainuddin was forced to leave Batipuh because their relationship deemed unfit. However, Zainuddin and Hayati promised to love each other. The problems get bigger when Hayati proposed by a wealthy man of pure Minang descent, Aziz Reza Rahadian. Forced by her family, Hayati accepts the proposal and breaks her relationship with Zainuddin. Zainuddin chooses to leave Minang island and ventured to Java island after his heart had been broken by Hayati. With his talent as a writer, Zainuddin managed to gain fame as well as material happiness. Meanwhile, the destiny between Zainuddin and Hayati did not necessarily stop. Inadvertently, Zainuddin again met with Hayati who has now become the wife of Aziz. As might be expected, their turbulent love then started burning again. This movie is remarkable because each part of the story is described so smoothly. The characters of this movie successfully deliver a deep emotion to the audience. As usual, Reza Rahadian plays impeccably. When Herjunot Ali and Pearce Pevita still seen trying hard to turn their character, Reza Rahadian appears so easy in the figure of Aziz. Pevita Pearce also successfully demonstrated with good acting skills. Although the character of Hayati still feels not so ripe, Pevita capable of displaying the figure of the girl who lived in the 1930’s with the problem of conflict between tradition and her romance with a performance that will be able heartbreaking. However, the strongest performance in Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck clearly comes from Herjunot Ali. Herjunot managed to give a pretty deep emotional touch to his character, reciting poetic dialogues given to his character well and makes the character Zainuddin was so easy to get the sympathy from the audience. Other acting appearances were quite a surprise present from Randy Nidji who recently made his acting debut through, but managed to give the appearance that is so convincing. I recommend this movie because of its epic classy romance which is so hard to find in Indonesian’s movie in recent years. I give four stars to this movie. You have to watch this!
Tenggelamnya Kapal Van Der WijckPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Menjadi salah satu film terbaik yang lahir di ranah perfilman Indonesia, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ memang ramai diperbincangkan. Menjadi menarik dengan mengangkat persoalan budaya ditengah masyarakat, dimana budaya menjadi bagian penting untuk menutur tata laku individu yang ada. Diadaptasi dari novel karya Buya Hamka dengan judul yang sama, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri Ram Soraya. Film drama romantis tahun 2013 ini juga dilakoni oleh aktor dan aktris kawakan Indonesia. Dirilis tanggal 19 Desember 2013, kabarnya proses produksi film ini menghabiskan waktu 5 tahun. Penggarapan film ini bukan main rupanya, tak heran memang jika film ini banyak di perbincangkan di masyarakat. Makin penasaran kan bagian menarik apa lagi yang bisa ditemukan dari film ini? Sinopsis Berlatar tahun 1930, menceritakan kisah cinta muda-mudi yang terhalang oleh adat istiadat. Berawal dari seorang pemuda bernama Zainuddin Herjunot Ali yang terusir dari tanah kelahiran sang ayah di Batipuh, Padang dengan Hayati Pevita Pearce gadis murni keturunan Minang yang cantik dan santun membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Ayah keturunan Minang dan Ibu keturunan Bugis, membuat Zainuddin dikucilkan di tanah Minang. Cintanya kandas seiring dengan lamarannya yang ditolak oleh keluarga Hayati karena statusnya yang dianggap tak bersuku oleh masyarakat Minang yang matrilineal. Hayati dijodohkan dengan Aziz Reza Rahadian yang memilki status yang sama-sama keturunan bangsawan. Adat Minang menuntut Hayati agar selalu tunduk dan patuh, menikah dengan Aziz dan menjaga nama baik keluarga. Kecewa, Zainuddin sempat hidup terpuruk berlarut dalam kesedihan beruntung sahabatnya Muluk Randy Danistha selalu menemani hingga ia bangkit. Memilih bertolak ke Batavia, Zainuddin berhasil membuka lembar baru menapaki karir yang sukses. Menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur, ia dipercaya mengurus perusahaan di Surabaya. Takdir memang punya cerita unik, Zainuddin dan Hayati dipertemukan kembali dalam sebuah Opera. Karir Aziz sebagai pebisnis sukses lah yang membawa ia dan sang istri Hayati datang dan tinggal di Surabaya. Namun rupanya hal ini tak berlangsung lama, bisnis Aziz hancur. Meninggalkan surat cerai untuk Hayati, rupanya Aziz memberikan surat berbeda pada Zainuddin agar ia mau menerima Hayati dan menjadikan Hayati miliknya. Masih terikat sakit hati di masa lalu, Zainuddin memilih mengirim Hayati pulang ke kampung halamannya dengan kapal Van Der Wijck. Menitipkan sepucuk surat kepada Muluk untuk Zainuddin, Hayati pun pergi. Naas, kapal Van Der Wijck yang membawa Hayati pulang tenggelam ditengah perjalanan. Mengetahui ternyata Hayati masih dan selalu mencintainya, Zainuddin bergegas menyusul Hayati. Terlambat, Hayati meninggalkan dirinya dan penyesalannya untuk selama-lamanya. Totalitas Produksi Film yang Patut Diapresiasi * Menjadi film termahal yang di produksi oleh Soraya Intercine Films, projek film ini sudah berlangsung dari tahun 2008. Dari mulai observasi, pra-produksi, penulisan skenario hingga pemilihan pemain yang berjalan 5 tahun membuat Sunil sebagai Sutradara sempat ragu fimnya ini akan rampung, mengingat prosesnya yang begitu voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Riset, pengambilan gambar serta pembuatan latar film seperti tahun 1930 mengikuti novelnya membuat biaya produksi cukup tinggi. Begitu juga dengan pembuatan replika kapal Van Der Wijck yang dibuat ulang oleh produsennya dan dipesan langsung dari Belanda. Belum lagi properti lainnya yang turut di setting seperti suasana tahun 1930, mobil, kostum, sampai figuran orang asing yang mendukung latar cerita. Bahkan untuk kostumnya sendiri dibuat dan dirancang oleh Samuel Wattimena seluruhnya. Proses penulisan skenario ditulis selama 2 tahun dengan revisi beberapa kali oleh sang sutradara. Ini karena Sulin sebagai sutradara ingin filmnya dapat menyampaikan semangat dan pesan yang sama seperti yang disampaikan Hamka dalam Novel. Memiliki durasi 2 jam 49 menit, film ini memakan wakru 6 bulan untuk proses syuting dengan total 300 adegan.
Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan film Indonesia yang rilis pada tahun 2013, diproduksi oleh Ram Soraya, dan disutradarai oleh Sunil Soraya. Film ini diadaptasi dari novel legendaris milik Buya Hamka yang terbit pada tahun 1938. Film yang mengambil latar pada masa Indonesia masih dijajah Belanda ini dimainkan oleh beberapa aktor berbakat, seperti Herjunot Ali Zainuddin, Pevita Pearce Hayati, dan Reza Rahadian Aziz. Film Tenggelamnya Kapan Van der Wicjk berkisah tentang Zainuddin yang pindah dari Makassar ke Batipuh untuk menuntut ilmu. Di desa Batipuh, ia langsung jatuh cinta terhadap Hayati yang merupakan kemenakan dari ketua suku Minangkabau. Kata paman Zainuddin, sang ketua suku Minangkabau tidak memperbolehkan pemuda Batipuh untuk menjadi suami Hayati. Namun, penjelasan tersebut tak mematahkan keingintahuan Zainuddin terhadap Hayati. Sepulang mengaji dari surau, Zainuddin meminjamkan payung kepada Hayati yang tengah berteduh di sebuah warung bersama seorang teman perempuan. Sejak saat itu, Zainuddin dan Hayati saling berkirim surat yang membuat mereka menjadi dekat. Warga yang melihat jika Zainuddin dan Hayati sering bertemu pun mengadukan hal tersebut kepada sang ketua suku, yang menyebabkan Hayati diminta untuk menjauhi Zainuddin, sedangkan Zainuddin sendiri diusir dari tanah Batipuh. Tak hanya itu saja, Hayati juga dijodohkan dengan Aziz, seorang padagang kaya raya dari kota Padang Panjang yang membuat Zainuddin dilanda keterpurukan selama berbulan-bulan karena Hayati telah mengingkari janji mereka. Tak ingin dilanda kesedihan terus-menerus, Zainuddin memutuskan untuk merantu ke Surabaya bersama Muluk. Di sana, ia menjadi seorang penulis yang sukses. Namun, tak lama kemudian sosok Hayati dan Aziz kembali muncul di kehidupan Zainuddin yang mengingatkannya akan luka lama. Ulasan Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck adalah salah satu film bergenre Roman Indonesia yang sangat menguras emosi, ditambah akting para pemainnya yang sangat mengagumkan. Alur film ini juga sangat menarik serta suasana yang diperlihatkan pada film ini benar-benar seperti saat Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda. Namun sayangnya, alur film ini bisa dibilang lambat. Dialog para tokohnya juga menggunakan bahasa Minang sehingga bagi penonton yang tidak mengerti bahasa Minang harus menyimak terjemahannya, membuat kefokusan para penonton sedikit terbagi. Akan tetapi, penulis tetap merekomendasikan film ini untuk ditonton bagi penikmat film bergenre roman Indonesia karena film ini tidak hanya berkisah mengenai cinta, tetapi juga tentang perjuangan hidup seseorang, yakni Zainuddin.
Kalau nggak direkomen ama Agam, kayaknya saya nggak akan punya niatan untuk nonton film yang ternyata bagus ini. Film ini berlatar tahun 1930-an. Alkisah seorang pemuda bernama Zainuddin Herjunot Ali. Ia terlahir dari ayah yang berdarah Minang dan ibu berdarah Makassar. Sepanjang hidupnya Zainuddin besar di Makassar. Sepeninggal ayah dan ibunya, Zainuddin ingin melihat tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Sumatera Barat. Keluarga Zainuddin di Makassar sempat khawatir kalau Zainuddin tidak akan diterima baik oleh keluarga ayahnya di sana. Karena menurut adat Minang yang berpatok pada garis keturunan dari ibu, maka Zainuddin adalah orang Makassar, bukan lagi orang Zainuddin bersikeras ingin melihat ranah Minang karena ingin sekalian belajar agama di sana. Ternyata benar, ia kurang diterima baik oleh orang-orang di kampung ayahnya. Ia tidak dianggap sebagai orang Minang. Ia kerap dikucilkan dan tak punya teman. Namun Zainuddin dapat menahan itu semua karena hatinya telah terpaut dengan Hayati Pevita Pearce sang kembang desa di Batipuh. Cintanya bersambut dan mereka rajin berkirim surat. Namun lagi-lagi darah Minang di Zainuddin tidak dianggap. Sehingga paman Hayati melarang kisah cinta mereka dan mengusir Zainuddin dari Batipuh. Hayati berjanji setia menunggu Zainuddin. Namun kesetiaan Hayati diuji ketika ia dijodohkan dengan Aziz Reza Rahadian yang tampan, kaya, dan berdarah Minang asli… Yang saya suka dari film ini+ Film ini gambarnya baguuuuuuuuuus! Jujur, saya tuh awalnya pesimis waktu dulu tahu film ini disutradarai oleh salah satu geng bos-bos sinetron, yakni Sunil Soraya. Tapi ternyata filmnya baguuuuuuuus.+ Bisa dibilang setengah awal film ini berdialog dengan bahasa Minang. Dan saya suka hal itu karena jadi benar-benar terasa konflik kedaerahannya.+ Ada yang bilang dialognya sinetron banget. Justru menurut saya di tahun segitu, memang begitulah cara orang berdialog. Dan sepertinya film ini menuruti dialog yang ada di buku aslinya karya sastrawan Minang, Buya Hamka. Karya sastra lama dari Minang memang banyak pakai bahasa Melayu tinggi. + Oiya film ini diangkat dari buku berjudul sama. Penulisnya orang Minang, tapi kritik tentang budaya Minang bertebaran di buku ini. Saya sebagai perempuan berdarah setengah Minang bisa mengangguk-angguk setuju dengan kritik yang disampaikan. + Film ini jalan ceritanya sedih. Jadi kalau kalian baru putus, ditinggal nikah, ditolak cinta karena miskin, jangan nonton film ini, ya.+ Salut untuk beberapa adegan yang diperankan secara gemilang oleh Herjunot. Apalagi adegan ketika dia marahin Hayati. Rentetan dialognya berhasil bikin saya ngebatin mampus luh, Hayati!’ Sampai sekarang saya masih suka cari cuplikan adegan itu di Youtube untuk saya tonton berulang kali.+ Untuk beberapa adegan set dan propertinya bagus banget. Ada beberapa mobil kuno yang masih bagus pula kondisinya buat dipakai balapan. Jarang ada film Indonesia yang mau invest dan repot nyari properti sampai segitunya. Tapi bisa juga mobil itu koleksi sang pemilik film sih Yang saya kurang suka dari film ini– Duh, Pevita aktingnya nggak pas banget deh di film ini. Dia terlihat terlalu bule untuk jadi perempuan Minang. Udah gitu aktingnya biasa aja. Padahal dia banyak memegang peran penting agar suatu adegan bisa kerasa sedihnya. Tapi ya….gitu di akhir-akhir film pas dia melek lagi dari setelah dari kapal van der Wijck malah kerasa Eh kok melek lagi? Mau main cilukba ya kamu?’– Untuk pertama kalinya saya melihat akting Reza Rahadian biasa aja dan nggak total. Tapi saya masih ber-positive thinking kalau dia begitu karena nggak pengen outshine Herjunot sang aktor utama. – Figurannya nggak bagus– Meski Herjunot terlihat ganteng banget pake jas di film ini, tapi model jasnya itu nggak sesuai dengan eranya. Setahu saya jas di era itu modelnya panjang sampai setengah paha. Bukan jas pas body model zaman sekarang. Harusnya Junot pakai jasnya kayak Reza gitu. Jas panjang dan celananya agak lurus gombrong, bukan skinny pants. – Baju-bajunya Hayati juga salah era. Harusnya 1930 itu jazz era. Bajunya itu slim dress dengan minim motif. Sedangkan yang dipakai Hayati kebanyakan baju keliatan ketek dengan motif retro tahun 1970an. Baju era 1930-an Baju yang dipakai Hayati -__- Daaaaaan di era itu ngetrendnya rambut pendek kelihatan tengkuk. Sedangkan Hayati rambutnya lurus digerai yang entah gimana malah membuat ia terlihat lusuh di era yang orang-orangnya pada klimis itu. – Kayaknya film ini bayar mahal Nidji untuk bikin original soundtrack OST. Sayangnya menurut saya OST-nya yang modern terdengar nggak matching dengan film nuansanya jadul. Mana diulang-ulang mulu chorusnya di film ini. Malah jadi ganggu dan jomplang. Padahal kalau OST itu dibuat versi instrumental biola terus di-insert di film aja cukup sih.– Posternya jelek. Rate 4 out of 5Saya nonton film ini di Netflix Ini trailernya….
review film tenggelamnya kapal van der wijck